Kamis, 12 Oktober 2017

Kenali Penyebab Kematian Pada Ibu Terkait Kehamilan Dan Melahirkan

Kenali Penyebab Kematian Pada Ibu Terkait Kehamilan Dan Melahirkan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi saat masa kehamilan atau dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, kecuali kecelakaan. Di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) ini masih tergolong tinggi, lho!
Mungkin kamu pernah mendengar kalimat bahwa wanita sedang mempertaruhkan nyawanya ketika dia sedang hamil dan melahirkan. Hal itu memang benar adanya, karena jika kehamilannya tidak sehat atau proses persalinan tidak berjalan dengan lancar, bisa-bisa nyawa yang jadi taruhannya. Oleh karena itu, bagi kamu yang berencana atau sedang hamil, sangat penting untuk mengetahui penyebab kematian ibu agar kamu lebih bisa mengantisipasi faktor-faktor yang dapat merenggut nyawa ibu hamil.

Berikut beberapa penyebabnya:
Perdarahan post partum secara berlebihan (PPH). Ini adalah penyebab kematian pada ibu paling umum terkait melahirkan di negara maju. Kondisi ini terjadi ketika kamu mengalami perdarahan parah usai melahirkan (lebih dari 500 ml usai melahirkan secara normal atau lebih dari 1000 ml usai operasi caesar).
Perdarahan ini biasanya dapat terjadi dalam kurun waktu sehari atau bisa juga hitungan minggu pasca persalinan. Perdarahan postpartum ditandai dengan keluarnya darah dari vagina yang terjadi terus-menerus. Bila dibiarkan, tekanan darah akan menurun atau mengalami syok. Kondisi ini ditandai oleh pusing, keringat dingin, jantung berdetak cepat, tubuh lemah atau ingin pingsan.
PPH sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti:
  • Otot rahim tidak bisa berkontraksi dan menekan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah. Kondisi ini disebut atonia uteri.
  • Jalur-jalur persalinan mengalami cedera, contohnya luka sayatan pada perineum akibat menjalani episiotomi.
  • Jaringan plasenta atau janin tertahan di dalam rahim.
  • Darah sulit membeku.
  • Rahim pecah.
  • Plasenta menutup jalan lahir (plasenta previa)
Preeklamsia. Sebenarnya memiliki tekanan darah tinggi saat hamil merupakan hal yang umum terjadi, namun bisa juga berubah fatal. Tekanan darah tinggi yang tidak ditangani dengan baik saat hamil dapat berubah menjadi masalah serius, yakni preeklamsia. Preeklamsia adalah kondisi tekanan darah tinggi disertai rusaknya organ pada tubuh dan ditemukannya protein dalam urine. Biasanya kondisi ini terjadi setelah lima bulan kehamilan.
Kamu lebih berisiko mengalami preeklamsia jika baru pertama kali hamil, mengandung saat berusia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun, kelebihan berat badan, ada keluarga yang mengalami tekanan darah tinggi saat hamil, mengandung bayi kembar atau memiliki riwayat penyakit kronis (tekanan darah tinggi, masalah ginjal, atau diabetes).
Mengidap penyakit tertentu. Penyakit yang sudah kamu derita sebelum hamil dan masih kamu bawa hingga berbadan dua juga bisa membahayakan nyawamu. Apalagi jika kondisi tersebut tidak mendapat penanganan yang baik. Beberapa jenis penyakit yang dimaksud antara lain penyakit ginjal, kanker, jantung, tuberkulosis, anemia, HIV/AIDS, atau penyakit lain yang kamu derita.
Infeksi (biasanya terjadi setelah melahirkan). Salah satu infeksi yang dimaksud yaitu sepsis Infeksi ini bisa memburuk dan memicu penurunan tekanan darah (syok septik). Syok ini bisa dengan cepatnya merusak beberapa organ seperti ginjal, hati, atau paru-paru, yang mana hal ini bisa menyebabkan kematian.
Untuk menghindari hal-hal buruk menimpa dirimu, kamu disarankan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter sebelum dan selama kehamilan. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi masalah kesehatan apa yang kamu derita sebelum hamil, agar bisa ditangani dengan baik dan tidak memburuk selama kehamilan. Atau jika kamu memiliki riwayat penyakit, katakan kepada dokter agar dia bisa merekomendasikan perawatan yang tepat untukmu.
Selain itu, jaga asupanmu, hindari hal-hal yang bisa membahayakan kehamilanmu, tetap pantau kesehatanmu, dan praktikkan pola hidup sehat. Nah, usai melahirkan bukan berarti kamu sudah terbebas dari dokter. Kamu harus tetap rutin memeriksakan kesehatan ke dokter, apalagi jika kamu mengalami hal-hal yang tidak wajar.