Senin, 09 Agustus 2021

Tidak Tahu Hamil tapi Tiba-tiba Melahirkan...??

Tidak Tahu Hamil tapi Tiba-tiba Melahirkan

Masa sih ada wanita yang tidak sadar kalau lagi hamil? Padahal kan saat hamil, haid akan berhenti dan perut akan membesar. Jangan salah, meski terdengar mustahil, fenomena tersebut benar-benar ada dan bukan suatu yang langka, lho!

Kehamilan yang tidak diketahui oleh ibu hamil disebut cryptic pregnancy. Meski tidak umum, kondisi ini juga bukanlah suatu hal yang langka. Diperkirakan 1 dari 400 wanita tidak mengetahui dirinya hamil hingga usia kandungan 5 bulan atau lebih. Tak hanya itu, 1 dari 2500 wanita bahkan tidak tahu ia hamil hingga akan melahirkan.

Cryptic Pregnancy VS Denial Pregnancy

Mendengar cerita di atas, kamu mungkin berpikir bahwa ibu hamil tersebut bukan tidak tahu, namun menyangkal atau pura-pura tidak tahu (denial pregnancy). Pasalnya, dengan segala gejala kehamilan, harusnya ia sadar bahwa dirinya sedang hamil, bukan?

Namun, ternyata hanya sekitar 10-15% kasus cryptic pregnancy yang dipengaruhi oleh gangguan kepribadian atau gangguan jiwa. Sebagian wanita dengan cryptic pregnancy bahkan ternyata cukup berpendidikan dan dalam hubungan yang stabil. Artinya, mereka sebenarnya mampu mengenali tanda-tanda kehamilan. Lalu, apa sebenarnya yang membuat mereka tidak menyadari kehamilannya?

Alasan Ibu Hamil Tidak Sadar dengan Kehamilannya

Kehamilan bisa saja luput disadari karena beberapa alasan berikut:

1. Tanda-tanda kehamilan yang samar

Sebagian wanita mungkin memiliki gangguan siklus menstruasi, sehingga tidak curiga ketika dirinya terlambat datang bulan. Meski begitu, kehamilan umumnya juga ditandai dengan kenaikan berat badan dan morning sickness. Hanya saja, pada sebagian wanita, gejala ini bisa begitu samar bahkan tidak muncul, sehingga kehamilan pun jadi tidak disadari.

Tanda-tanda kehamilan samar bisa saja terjadi karena rendahnya kadar hormon kehamilan atau hormon hCG. Hal ini mungkin terjadi karena keunikan genetik hingga kelainan kromosom pada janin.

2. Kelebihan berat badan hingga obesitas

Kenaikan berat badan bisa menjadi tanda umum kehamilan. Namun, wanita yang kelebihan berat badan, menderita obesitas, atau kerap mengalami naik-turun berat badan mungkin saja tidak menyadari tanda kehamilan ini.

Selain itu, wanita juga mungkin tidak sadar perutnya membesar karena kehamilan. Tergantung jenis tubuhnya, beberapa wanita bisa tidak tampak hamil hingga usia kandungannya 30 minggu.

3. Hasil testpack tidak tepat

Kondisi testpack yang buruk hingga kesalahan prosedur pemakaian testpack bisa membuat hasilnya kurang akurat, seperti negatif palsu. Bila uji testpack tidak diulang, ibu hamil bisa tidak mengetahui kondisinya.

Selain itu, hasil testpack negatif palsu juga bisa terjadi karena terlambat melakukan uji tersebut. Melakukan pemeriksaan kehamilan dengan testpack saat usia kandungan sudah mencapai 4 bulan dapat memberikan hasil negatif palsu, karena kadar hormon hCG dalam urine yang terlampau tinggi hingga tidak terdeteksi oleh alat testpack. Kondisi ini disebut “hook effect”.

4. Letak plasenta yang unik

Gerakan janin termasuk salah satu tanda kehamilan yang umum dirasakan. Gerakan ini biasa disadari saat usia kehamilan 18-20 minggu. Namun bila letak plasenta berada di sisi depan rahim, ibu hamil bisa saja tidak dapat merasakan gerakan janin, sehingga tidak menyadari kehamilan.

5. Rendahnya kadar lemak tubuh dan kerap beraktivitas fisik berat

Kedua kondisi tersebut umum terjadi pada atlet dan dapat membuat menstruasi tidak terjadi selama berbulan-bulan. Tidak hanya itu, kedua kondisi ini juga mungkin memengaruhi kadar hormon tertentu, sehingga kehamilan sulit dideteksi.

Selain lima kondisi di atas, rendahnya pengetahuan tentang tanda kehamilan, penggunaan pil KB, jarang berhubungan intim, hingga pernah dibilang mandul, juga dapat membuat wanita tidak mengira kalau dirinya sedang hamil.

Fenomena Cryptic Pregnancy sebagai Strategi Janin Bertahan Hidup

Ada sebuah teori menarik yang mengatakan bahwa kehamilan bisa saja tidak terdeteksi sebagai bentuk perlindungan diri janin, sehingga produksi hormon kehamilan sangat rendah. Hal ini umumnya terjadi pada ibu hamil yang sedang mengalami stres berat.

Janin seolah merasa dirinya lebih baik tidak diketahui keberadaannya, karena bila ibu hamil tahu ada janin di perutnya, tingkat stres bisa bertambah dan risiko keguguran semakin tinggi.

Oleh karena itu, pada kondisi ini, cryptic pregnancy dikatakan sebagai adaptasi janin dalam keadaan darurat untuk mempertahankan hidupnya.

Dampak Melahirkan Tanpa Perawatan Prenatal

Cryptic pregnancy memerlukan perhatian khusus, karena umumnya wanita yang mengalami hal ini tidak sedang menjalani program maupun persiapan kehamilan, sehingga kemungkinan besar belum mendapat perawatan prenatal.

Ibu yang mengalami cryptic pregnancy juga bisa saja tidak mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, sehingga janin bisa mengalami beragam gangguan, seperti kekurangan asupan gizi.

Selain itu, beragam komplikasi kehamilan juga lebih mungkin terjadi pada kehamilan seperti ini, terutama bila sang ibu menderita anemia, diabetes, ataupun preeklamsia.


 

Seputar Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil

Seputar Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil


Vaksinasi COVID-19 sudah mulai dilakukan di Indonesia. Namun, pemberian vaksin COVID-19 untuk ibu hamil dan ibu menyusui belum menjadi prioritas. Mengapa demikian dan apakah sebenarnya efek vaksin COVID-19 terhadap wanita yang sedang hamil atau menyusui?

Dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, ibu hamil dan ibu menyusui termasuk dalam daftar kelompok orang yang tidak diberikan vaksin COVID-19.

Hal ini lebih dikarenakan uji klinis atau riset mengenai efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19 pada ibu hamil dan ibu menyusui masih sangat terbatas, bukan karena vaksin ini berbahaya bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui.

Meski demikian, sejak bulan Juni 2021, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) telah menganjurkan vaksin COVID-19 untuk diberikan pada ibu hamil berisiko tinggi dan ibu menyusui. Namun, Kementerian Kesehatan kini baru menetapkan bahwa kelompok yang boleh diberikan vaksin COVID-19 adalah ibu menyusui.

Keamanan Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Ibu hamil yang menderita COVID-19 lebih berisiko untuk melahirkan secara prematur. Penelitian sejauh ini juga menyebutkan bahwa ibu hamil yang terinfeksi virus Corona lebih berisiko mengalami gejala COVID-19 yang parah dan perlu menjalani perawatan secara intensif di ICU.

Meski demikian, wanita hamil dan ibu menyusui belum diprioritaskan untuk mendapat vaksin COVID-19. Seperti dijelaskan sebelumnya, hal ini bukan karena vaksin COVID-19 berbahaya untuk kondisi tersebut, melainkan karena belum ada data yang cukup mengenai manfaat dan efek sampingnya pada wanita hamil dan ibu menyusui.

Namun, berbagai institusi kesehatan, seperti FDA dan WHO, telah meminta para produsen vaksin untuk melakukan penelitian atau uji klinis untuk menilai efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19 pada ibu hamil dan ibu menyusui.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan rekomendasi POGI, kini pemerintah telah memperbolehkan vaksin COVID-19 untuk diberikan pada ibu menyusui. Sementara itu, kepastian mengenai apakah ibu hamil boleh diberikan vaksin COVID-19 masih menunggu keputusan dari BPOM.

Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui di Indonesia

Saat ini, jenis vaksin COVID-19 yang baru tersedia di Indonesia adalah vaksin Sinovac dan Coronavac produksi Cina, serta vaksin AstraZeneca dari Inggris. Vaksin ini terbuat dari virus yang dimatikan (inactivated virus), sehingga tidak dapat menimbulkan penyakit COVID-19.

Vaksin berisi virus yang sudah dimatikan sebenarnya sudah digunakan selama lebih dari 50 tahun pada wanita hamil dan ibu menyusui, tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu, secara umum, vaksin jenis inactivated virus sebenarnya bisa dikatakan aman bagi ibu hamil dan ibu menyusui.

Meski demikian, belum ada data yang memadai terkait efektivitas dan keamanan vaksin jenis inactivated virus yang spesifik untuk COVID-19 pada ibu hamil dan ibu menyusui. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk tidak memberikannya kepada kedua kelompok tersebut.

Sementara itu, untuk vaksin COVID-19 jenis mRNA, sudah ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa vaksin jenis ini kemungkinan besar aman diberikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui.

Vaksin mRNA tidak mengandung virus, melainkan komponen genetik yang sudah dirancang khusus menyerupai materi genetik suatu virus, yang dalam hal ini adalah virus SARS-CoV-2. Setelah berhasil menghasilkan reaksi kekebalan tubuh atau antibodi terhadap virus Corona, komponen genetik mRNA tersebut akan musnah.

Vaksin mRNA juga diketahui lebih aman bagi janin karena tidak menembus plasenta. Namun, antibodi yang terbentuk pada tubuh ibu bisa menembus plasenta, sehingga janin juga mendapatkan kekebalan terhadap virus Corona sampai ia dilahirkan.

Vaksin mRNA diketahui memiliki efikasi sebesar 95%. Meski demikian, data terkait keamanan dan efek samping vaksin jenis mRNA serta dampaknya dalam jangka panjang terhadap ibu hamil dan ibu menyusui beserta bayinya masih belum diketahui secara pasti.

Vaksin mRNA belum tersedia di Indonesia. Namun, pemerintah telah merencanakan untuk membeli vaksin tersebut dari perusahaan Pfizer dan Moderna.

Berdasarkan surat keputusan Kementerian Kesehatan yang Diterbitkan pada Agustus 2021, vaksin COVID-19 yang boleh digunakan untuk ibu hamil di Indonesia adalah vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.

Jika Anda berencana untuk hamil dan memiliki pertanyaan seputar vaksin COVID-19, Anda bisa berkonsultasi ke dokter kandungan sebelum menjalani vaksinasi. Dokter akan memeriksa kondisi Anda dan menentukan apakah Anda bisa mendapatkan vaksin atau tidak.




Rabu, 04 Agustus 2021

Proses Terjadinya Kehamilan Setelah Berhubungan

 Proses Terjadinya Kehamilan Setelah Berhubungan

Anda mungkin pernah bertanya-tanya bagaimana proses terjadinya kehamilan setelah berhubungan intim, terutama bila dilakukan pada masa ovulasi. Pada masa ini, kemungkinan terjadi proses pembuahan akan lebih besar, sehingga peluang hamil menjadi lebih tinggi.

Masa ovulasi umumnya berlangsung sekitar 2 minggu sebelum hari pertama menstruasi berikutnya dimulai. Saat ovulasi, indung telur atau ovarium di dalam tubuh wanita akan mengeluarkan sel telur yang telah matang. Sel telur ini kemudian akan memasuki tuba falopi dan menunggu datangnya sperma untuk dibuahi.

Sel telur yang telah matang memiliki masa hidup 24 jam saja. Jika dalam waktu tersebut sel telur tidak dibuahi, sel telur akan meluruh. Proses inilah yang dikenal dengan menstruasi.

Memahami Proses Terjadinya Kehamilan

Pembuahan bisa terjadi dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari setelah wanita selesai berhubungan intim. Seorang wanita dapat dikatakan hamil saat pembuahan berhasil terjadi.

Secara garis besar, berikut ini adalah proses terjadinya kehamilan di dalam tubuh wanita:

Saat pembuahan

Setelah berhubungan intim, sekitar 300 juta sel sperma akan memasuki vagina. Akan tetapi, hanya ratusan sel sperma yang akan mencapai tuba falopi, yaitu lokasi di mana sel telur berada.

Dari ratusan sperma tersebut, hanya ada satu sperma yang berhasil bertemu dengan sel telur. Setelah sel telur dan sperma bertemu, proses pembuahan akan terjadi.

Pada kasus tertentu, indung telur dapat menghasilkan dua sel telur yang matang. Bila kedua sel telur berhasil dibuahi oleh 2 sel sperma, akan terjadilah kehamilan kembar nonidentik atau disebut juga kembar fraternal.

Setelah pembuahan

Dalam waktu 24 jam setelah pembuahan terjadi, sel telur akan berubah menjadi zigot. Zigot ini kemudian akan berkembang menjadi embrio atau bakal janin dan menempel di dinding rahim dalam waktu 5–10 hari setelah pembuahan.

Pada tahap ini, wanita yang sudah memasuki masa awal kehamilan mungkin akan mengalami flek kecokelatan atau mengalami perdarahan ringan selama kira-kira 1–2 hari. Perdarahan ini disebut perdarahan implantasi. Namun, tidak semua wanita mengalaminya.

Setelah terjadi implantasi, kantung ketuban dan plasenta yang menjadi sumber nutrisi janin akan terbentuk. Plasenta juga akan mulai melepaskan hormon kehamilan hCG yang bisa dideteksi melalui tes urine.

Tanda dan gejala kehamilan lain juga mungkin dirasakan oleh wanita di masa awal kehamilan, seperti mual dan perubahan pada payudara.

Kapan Tes Kehamilan Menunjukkan Hasil Positif?

Bagaimana jika belum ada sel telur yang dapat dibuahi saat sperma masuk setelah berhubungan intim? Jangan khawatir, sperma masih bisa bertahan hidup di dalam tubuh wanita hingga 5 hari lamanya.

Namun, perlu diingat, perjuangan sperma untuk mencapai sel telur masih panjang dan dalam perjalanannya jumlah sperma akan semakin berkurang.

Untuk memastikan telah terjadi kehamilan, Anda dapat melakukan tes kehamilan dengan test pack setidaknya 3–4 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir Anda atau 2–3 minggu setelah Anda berhubungan intim di masa subur.

Bagi Anda yang merencanakan kehamilan, disarankan melakukan hubungan intim di masa ovulasi untuk memperbesar peluang terjadinya kehamilan. Anda juga bisa mencoba beberapa posisi bercinta yang dipercaya memudahkan sperma masuk ke dalam rahim dan membuahi sel telur.

Namun, jika Anda memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau sulit menentukan masa subur Anda, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan saran terbaik.